KRITIK LEWAT KARTUN

Masih ingat Om Pasikom? Om Pasikom ialah tokoh utama karikatur yg selalu hadir di harian Kompas. Om Pasikom ialah tokoh rekaan dari kartunis G.M Sudarta, yang telah membuat karikatur ini sejak tahun 1969. Karikatur Om Pasikom sering memberikan gambaran ataupun kritik dari suatu situasi atau kebijakan yg sedang terjadi dan juga sanggup mewakili suara hati nurani rakyat pada umumnya dalam menyikapi berbagai persoalan hidup baik yang terjadi di dalam maupun di luar negeri selama 40 tahun terakhir.
Aku juga terkadang tersenyum simpul melihat karikatur Om Pasikom ini, dalam hati berkata ‘iya, benar juga tuh’, atau tertawa karena situasi yg terjadi memang pas dengan apa yg dikritik oleh Om Pasikom, tokoh nyentrik yg memakai jas tambalan dengan topi baret yang khas ini . Bulan Juli 2007 kemarin sempat diadakan pameran 40 thn kiprah Om Pasikom di Bentara Budaya Jakarta.

Btw, apakah ada buku yang berisi kumpulan karikatur Om Pasikom?

Secara tak sengaja aku menemukan web kartunis yang juga sering mengkritik kebijakan politik Amerika , berita kontrovesrial, politik dunia, dll. John Cox and Forkum kartunis yang menerbitkan hasil goresannya ke dalam buku dalam beberapa seri. Sepertinya menarik kalau kumpulan karikatur Om Pasikom itu dijadikan buku(kalau belum pernah), kalau versi filmnya sudah ada dan tokoh Om Pasikom diperankan oleh Butet Kertaredjasa, seniman nyentrik dari Jogya.

Kalau buku kumpulan karikatur Om Pasikom ada, tentunya dari buku itu kita bisa mendapatkan gambaran atau mengingat peristiwa2 politik dan situasi yg pernah ada dalam politik Indonesia contohnya sepak terjang pangkopkamtib (waktu itu) Sudomo dengan OEPH (Operasi Esok Penuh Harapan) nya, hingga ke penyidikan harta kekayaan Suharto oleh kejagung yang sarat dengan basa – basi politik.

Dibawah ini ialah karikatur sindiran terhadap kasus Dan Rather yang menuntut CBS Network yang merasa bahwa dirinya telah dijadikan korban kambing hitam oleh bekas bossnya di CBS dalam mediskreditkan cerita seputar wajib militer presiden Bush.

Ketika Karikatur Berbicara Tentang Sejarah

Wakil rakyat itu harus ke luar negeri, klo enggak pernah keluar negeri ya malu dong, cetus Meriam
Bellina.
Perempuan yang ada di depannya mengiyakan. Ooh bener sekali itu, Jeng. Masak kalo ditanya orang pernah
keluar negeri nggak, wakil rakyat kita ngejawab enggak.
Itulah kutipan percakapan Meriam Bellina dengan salah satu istri wakil rakyat. Jangan salah sangka dulu. Yang saya
ceritakan ini adalah Meriam Bellina saat menjalankan perannya sebagai istri Oom Pasikom, yang ketiban sampur
menjadi wakil rakyat.
Oom Pasikom diperankan oleh Butet Kertaradjasa. Sempurna sekali performanya saat memerankan tokoh rekaan
karikaturnis harian Kompas, GM Sudarta yang di-sinetron-an. Saya pakai istilah sinetron karena saya tidak menemukan
kata yang tepat untuk bentuk audio visual singkat berupa adaptasi dari salahsatu karya GM Sudarta. Tak panjanng
sebenarnya durasi dari film singkat itu. Tak lebih dari 40 menit. Saya kira durasi satu film singkat berikutnya di bawah
judul UMR itu pun kurang lebih sama. Hanya saya tidak berkesempatan melihatnya.
Ya, film singkat itu diputar di gedung Bentara Budaya, di kawasan Jalan Palmerah Selatan Jakarta Barat. Diputar di
televisi berukuran 21 inch di sisi kanan karikatur berupa potret diri GM Sudarta. Film singkat itu salah satu pendukung
dalam pameran 40 tahun Oom Pasikom yang digelar di Bentara Budaya hingga Kamis (12/7).
Diberi tajuk 40 tahun, karena dalam pameran tersebut disajikan karya pilihan GM Sudarta dalam rentang waktu 1967
hingga 2007. Layaklah hingga kemudian deretan karikatur itu dikatakan mampu bercerita tentang sejarah.
Sebut saja karikatur bertema Eforia berdirinya Orde Baru yang dimuat Kompas edisi 4 April 1967. Dalam karikatur itu
GM Sudarta menggambarkan sosok Soeharto berseragam militer membawa sapu lidi dan membersihkan orang lain
bertuliskan sisa Orla (Orde Lama) dan kaleng bekas bertuliskan Orla.
Lalu karikatur berbentuk buku tebal bertuliskan Kode Etik Profesi. Di dalamnya terselip selembar rupiah. Dalam
keterangan di kalatog pameran disebutkan tejadi pelanggaran kode etik profesi yang melibatkan dokter dengan pabrik
farmasi. Pelanggaran itu dalam bentuk penerimaan uang kerja sama, uang persentasi penulisan resep, barang, tiket
seminar keluar negeri, atau dana untuk uji coba klinis obat baru. Karikatur tersebut termuat dalam Kompas edisi 27 Juni
1984.
Dalam pameran tersebut juga diperlihatkan karikatur yang tidak dipublikasikan di Kompas. Menurut cerita GM Sudarta
dalam wawancara Kompas Minggu, 8 Juli 2007 lalu karikatur bertema Daerah Operasi Militer (DOM) Aceh tersebut tidak
diperbolehkan dimuat karena terlalu provokatif. Larangan pemuatan itu disampaikan oleh Jakob Oetama.
Sebenarnya seperti apa sih karikatur itu? Rasa penasaran itulah yang membuat saya hingga kemudian berdiri di depan
karikatur berupa tulisan DOM dengan huruf O diganti gambar tengkorak kepala manusia.
Sayang saya terlewatkan tanggal berapa karikatur itu dibuat. Tetapi dengan melihat karikatur tersebut, orang akan
dibawa ke persepsi bahwa telah ada pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di bumi Serambi Mekah tersebut.